Perbedaan indikator Reflektif dan Formatif

Masalah mengukur variabel laten atau konstruk saat ini menjadi perdebatan utama dalam penelitian sosial seperti bidang pemasaran, sistem informasi, akuntansi (lihat Bisde dkk., 2007), dan sebagainya. Pertanyaan utamanya adalah apakah indikator menjadi penyebab dari (causing) atau disebabkan (being caused) oleh konstruk atau variabel laten yang diukur? Terdapat dua tipe operaionalisasi atau pengukuran konstruk seperti gambar dibawah ini:

Gambar diatas menilustrasikan bahwa peneliti sering menghadapi kebingungan dalam operasional variabel laten penelitiannya. Secara umum, karakteristik dari konstruk formatif adalah perubahan dalam kontstruk tersebut akan menyebabkan perubahan-perubahan dalam indikator-indikatornya.

Disebut reflektif (kadang disebut manifest) karena indikator merupakan perwujudan atau refleksi dari konstruknya. Sebagai contoh, variabel laten stres karena pekerjaan dapat terefleksi dalam indikator-indikator seperti malas berangkat ke kantor, ingin pindah kerja, dan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Konstruk formatif mempunyai karkateristik bahwa perubahan dalam indikator akan menyebabkan perubahan dalam konstruk. Indikator-indikator dalam hal ini menjadi penyebab atau membentuk konstruk. Misalnya, banyaknya target yang harus diselesaikan, sikap atasan, rendahnya gaji, dan lingkungan kerja dapat menjadi indikator formatif stress pekerjaan.

Karakteristik indikator-indikator reflektif adalah mirip dan dapat dipertukarkan (intercangeable). Dengan kata lain, kemiripan atau overlap antar indikator tidak menjadi masalah dan justru seharusnya dimaksimalkan oleh peneliti. Oleh karena itu membuang indikator reflektif tidak menjadi masalah dan tidak mengubah esensi konstruk. Hal ini karena masih ada indikator-indikator lain yang mempunyai karaktersitik sama.

Sebaliknya, indikator-indikator konstruk formatif umumnya mempunyai kandungan yang berbeda. Masing-masing indikator bersifat unik dan tidak dapat dipertukarkan. Oleh karena itu, membuang salah satu indikator formatif dapat menjadi masalah karena akan mengubah esensi konstruk. Dalam pengukuran formatif, peneliti seharusnya berupaya meminimalkan kemiripan atau over/ap antar indikator.

Metode pengukuran konstruk tergantung pada konseptualisasi konstruk dan tujuan penelitian. Disajikan ilustrasi bahwa satu konstruk (misalnya kepuasan menginap disuatu hotel) dapat diukur secara reflektif maupun formatif. Terdapat beberapa indikator formatif yang mungkin dapat digunakan (panah dari indikator ke konstruk) dan indikator reflektif (panah dari kontruk ke indikator).

Berikut adalah panduan singkat (Rule of Thumb) memilih pengukuran reflektif dan formatif (hair dkk. 2013).

Kriteria Keputusan
(1)Apakah indikator merupakan konsekuensi atau
penyebab kunstruk?

(2)Apakah konstruk meupakan sebuah sifat yang menjelakan indikator atau kombinasi dari indikator?

(3)Apakah jika penilaian konstruk beubah maka semua indikator akan berubah dalam pola yang sama?

(4)Apakah indikator dapat dipertukarkan secara sama?
(1)Jika konsekuensi: reflektif Jika penyebab: formatif

(2)Jika sifat: reflektif Jika kombinasi: formatif

(3)Jika ya: reflektif
Jika tidak: formatif

(4)Jika ya: reflektif Jika tidak: formatif
(sumber:Mahfud Sholihin, Ph.D 2013. Dr. Dwi Ratmono Analisis SEM-PLS dengan WarpPLS3.0. Yogyakarta)

‘Sumber : https://jasastatistikbandung.com/2020/04/05/perbedaan-indikator-reflektif-dan-formatif/”

Leave a comment